Minggu, 14 April 2013

Adlul Mahbudi, Anak Juragan Cabai Jadi Juragan Modifikasi Kontainer

  1.  
Jakarta - Terlahir dari keluarga pengusaha rempah-rempah, seperti cengkeh, cabai dan lada, Adlul Mahbudi, tidak mau mengikuti usaha keluarganya yang terkesan sudah konvensional. Dengan memanfaatkan kontainer bekas, Adlul Mahbudi atau yang akrab disapa Dudi ini, sukses menjadi pengusaha modifikasi kontainer.

Pria yang lahir pada tahun 1986 di Jakarta ini, memang sejak dulu ingin menjadi pengusaha. Tetapi, jalur bisnis yang dia tempuh memang tidak ingin tradisional. Alhasil Dudi pun memilih kaleng raksasa bekas untuk dijadikan komoditi usahanya.

Sebelum terjun ke dunia modifikasi kontainer, Dudi mengemban pendidikan sebagaimana warga umumnya. Saat mengambil jenjang sarjana, Dudi mengambil jurusan Ekonomi, dengan alasan ingin mengetahui teori-teori ekonomi. 4 tahun dia mengejar gelar S1 hingga akhirnya lulus dan mengemban gelar strata satu dari Universitas Attahiriyah. Tetapi, Dudi tidak mau terjun ke dunia bisnis saat itu.

Sebelum lulus, sembari kuliah Dudi sempat bekerja di perusahaan pelayaran. Saat dirinya bekerja, dia melihat adanya sebuah potensi bisnis yang mungkin belum dilirik orang banyak.

"Saya melihat ini kontainer atau peti kemas kan kalau sudah tidak dipakai dibuang atau mungkin dikiloin, tapi saya lihat nampaknya ada potensi bisnis di sini," ujar Dudi saat ditemui detikcom, di Kantornya Jalan Marunda Raya, Jakarta Utara, Kamis (28/3/2013).

Dudi pun mencari tahu siapa penampung limbah kontainer ini. Hingga pada tahun 2000-an dia menemui dan bertekad untuk memulai bisnis modifikasi kontainer. Merasa tak cukup modal, Dudi pun merangkul sepupunya untuk menjalankan usaha bisnisnya. Hingga akhirnya tahun 2005 dia mempunyai sebuah perusahaan modifikasi kontainer.

"Tahun 2005 kan booming perusahaan tambang, dan porta camp (barak yang bisa berpindah) sangat dibutuhkan perusahaan tambang," jelas pria yang baru menikah ini.

Namun jalan mulus tak selalu menyambut Dudi. Akibat krisis ekonomi tahun 2007, usahanya sempat mengalami hambatan. Nilai tukar US Dollar yang naik, dan banyaknya pengusaha tambang yang angkat kaki dari Indonesia, membuat pesanan kontainer Dudi menjadi seret.

"Pas tahun 2007 sempat drop jauh, palingan satu bulan cuma dapat pesanan sekitar satu sampai dua unit saja," ucapnya lirih.

Dudi tidak gampang menyerah. Dia tetap bertahan selama krisis ekonomi menghantam. Memanfaatkan koleganya sewaktu Dudi bekerja di perusahaan pelayaran, Dudi pun tetap bertahan dengan usahanya. Hingga akhirnya pada tahun 2010 dia kembali meraih sukses di usaha daur ulang kontainer.

"Di tahun 2010, tren pemesanan meningkat seiring dengan stabilnya kondisi ekonomi. Mungkin sampai sekarang setiap bulannya saya bisa mendapat order 20 unit lebih," papar Dudi dengan bangga.

Kini, Dudi bisa menafkahi keluarganya lewat jalur bisnisnya. Bahkan, beberapa orang karyawannya pun bisa menggantungkan hidup lewat usaha Dudi yang meraup omset ratusan juta per bulan. Untuk saat ini Dudi yang juga pemilik PT Mandiri Jaya Insani, memang mempekerjakan karyawannya dengan sistem honorer. Namun dirinya bertekad akan mengubah sistem itu jika perusahaannya sudah mengalami kemajuan yang lebih pesat ketimbang sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar